Membiasakan Diri Berfikir Positif

Bacaan  Kej 50 :15 -21 “Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburan-Mu menyenangkan jiwaku.” Mazmur 94:19
Memperhatikan kisah tentang perlakuan jahat yang digerakkan oleh iri dan dengki terhadap Yusuf  yang pernah dilakukan oleh saudara-saudaranya, yang kemudian mereka diperhadapkan oleh suatu kenyataan bahwa Yusuf  menduduki posisi yang sangat strategis, sedangkan ayah yang diharapkan dapat melindungi mereka sudah meninggal. Sebenarnya cukup beralasan jika mereka mempunyai  perasaan dan pikiran: "Boleh jadi Yusuf akan mendendam kita dan membalaskan sepenuhnya kepada kita segala kejahatan yang telah kita lakukan kepadanya."(Kej 50:15) Gambaran kisah saudara-saudara Yusuf tersebut merupakan salah satu kenyataan cara berpikir orang-orang yang digerakan oleh rasa iri dan dengki sehingga membuahkan kejahatan. Yang selanjutnya pikirannya dihantui oleh perasaan takut setelah orang yang dijahati ternyata ada posisi yang sangat dibutuhkan, dan pada sisi lain orang tersebut dapat bertindak untuk menentukan apapun tentang keberadaan mereka. Sangat kontradiksi dengan apa yang terjadi pada diri Yusuf, ketika saudara-saudaranya berdalih menyampaikan pesan ayahnya untuk memintakan ampunan atas segala dosa dan kejahatan mereka, sambil bersujud dan merendahkan diri mereka untuk merengek-rengek meminta menjadi budak Yusuf. Dengan perasaan iba yang meluapkan air matanya, menggerakan rasa belas kasihan Yusuf seraya berkata kepada mereka : "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. “ (Kej 50 : 19-20)Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang dipengaruhi dan digerakkan oleh hati dan pikiran yang membentuk dalam penguasaan terhadap dirinya. Ada yang dihantui oleh rasa bersalah yang membelenggu diri tanpa ada upaya untuk berbenah. Ada yang memagari diri dengan rasa trauma, sehingga cenderung menghindar dari resiko-resiko untuk mencari suasana nyaman. Ada yang dikacaukan oleh perasaan benci, akibat luka hati yang menganga, tanpa ada upaya untuk membalut dan mencari penyembuhan. Tidak sedikit juga orang cenderung untuk mencari pengakuan terhadap keberadaannya, sehingga pikiran dan perasaannya dituangkan dalam upaya  untuk mencari pembenaran diri akan “akunya”. Tidak sedikit pula orang menjalani kehidupan ini, dengan motivasi harta benda. Pola pikirnya bahwa nilai hidup identik dengan nilai  material.Namun haruslah kita sadari, bahwa segala tindakan yang digerakkan oleh hati dan pikiran yang orientasinya untuk kemegahan diri sendiri adalah sia-sia. “Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.” (Roma 1:21) Lalu bagaimana menjalani hidup ini agar tidak sia-sia ? “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” (Ams 4:23) Yusuf merupakan salah satu tokoh yang layak untuk diteladani dalam hal berpikir. Dia tahu bahwa saudara-saudaranya telah membuat rancangan dan perlakuan jahat baginya, namun Yusuf  berpikir secara positif , dia yakin bahwa dibalik kenyataan yang dialaminya, ada tangan yang tidak kelihatan yang mereka-rekanya untuk kebaikan. Di dalam Kristus ada pengharapan yang indah bagi kita.  “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yer 29:11) Salah satu cara untuk menjaga hati dan pikiran adalah menjalani hidup ini dengan  selalu berpikir positif. Berikut adalah kiat-kiat alternatif  untuk membiasakan diri berpikir positif:
  1. Memandang “masalah” sebagai “tantangan”,  dengan besar hati  penuh keyakinan berdoa dan berusaha,  pasti akan kita temukan jalan keluar. Jika kita melihat masalah dalam hidup ini sebagai cobaan yang terlalu berat,  maka  akan terasa bahwa  kita paling sengsara sedunia. “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1 Kor 10:13)
  1. Membuka hati dan pikiran  untuk merenungkan Firman Tuhan, serta dengan jiwa besar menerima saran, ide maupun kritikan  yang  konstruktif  dengan filter “Takut akan Tuhan”. Karena dengan begitu, boleh jadi ada hal-hal baru yang akan membuat segala sesuatu lebih baik. “ Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut.” (Ams 14:27). “Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu.” (Gal 6:6 )
  1. Mengenyahkan pikiran negatif segera setelah pikiran itu sempat terlintas di benak kita. Memelihara pikiran negatif akan mengakibatkan sakit hati, bahkan jika dibiarkan berlama-lama akan menjadi bom waktu meledaknya masalah yang besar. “Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.” (Ef 4:31)
  1. Bersyukur dalam segala hal. Tindakan berkeluh-kesah tentang hal-hal yang tidak kita miliki, ketidakmampuan  kita untuk melakukan sesuatu, atau kondisi keberadaan kita. Tidak akan memberikan solusi untuk mengangkat semuanya. Bahkan akan memperparah untuk terperosok dalam kepesimisan dan keputusasaan. “Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kau buat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. “ (Maz 139:14)
  1. Tidak bikin alasan, tapi langsung bikin tindakan. Pernah dengar pelesetan NATO (No Action, Talk Only), kan? . Lebih-lebih hanya pandai berkomentar, tapi tidak pernah melakukan. Jadilah pemain, jangan kita  sekedar hanya menjadi penonton yang berceloteh dan bertepuk tangan. “Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! “ (1 Korintus 9:24) “dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” ( Filipi 3:14 ).
  1. Menggunakan bahasa positif  dan bahasa tubuh yang positif. Maksudnya, pergunakan  kalimat-kalimat yang bernadakan optimisme, seperti “Masalah itu pasti akan terselesaikan, atau “Dia memang berbakat”. Bersikap bahasa tubuh dengan langkah yang mantap, gerakan tangan yang ekspresif atau anggukan dan senyum yang ramah serta berbicara dengan intonasi yang antusias dan bersahabat. “Orang yang bijak hati disebut berpengertian, dan berbicara manis lebih dapat meyakinkan.”( Ams 16:21).
  1. Membawa Citra diri. Kita tidak akan dapat menghargai orang lain sebelum kita dapat menghargai diri kita sendiri, dan kita tidak akan dapat menghargai diri sendiri sebelum kita tahu bahwa diri kita ini berharga. Kita, manusia, adalah berharga di mata Allah; untuk itu, mari kita hargai orang lain sebagaimana Allah menghargai mereka, Inilah citra manusia di hadapan Allah. “Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.” (Yak 2:1 ). Paulus Idt.

0 komentar:

Terimakasih Atas Kunjungan Anda dan Kiranya Bermanfaat dan Jangan Lupa Datang Lagi

SIHOTANGBLOG REGISTER

""This is a Personal Blog" "

MEMBER LOGIN

Lost your password?

LOGIN WITH OTHER ACCOUNT

Klik Here