Berpikir Secara Luas

Sebuah istilah diciptakan atau digunakan untuk mempermudah memahami dan mengingatnya. Dalam dunia ilmiah, hal tersebut sudah biasa. Nah, kita akan menggunakan sebuah istilah yang kurang lazim, yaitu berpikir secara luas untuk pembahasan kali ini. Kita pernah sedikit membahasnya hampir setahun lalu di awal tulisan yang berjudul buah kesabaran.
Tapi itu hanya salah satu aspek dari berpikir luas. Kita akan membahas aspeknya secara menyeluruh.

Berpikir secara luas berarti berpikir dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Sebab, segala sesuatu terkadang tidak sesederhana yang dipikirkan. Banyak hal yang dikira sederhana, tapi berdampak luas dan panjang. Sehingga diperlukan sikap hati-hati dan tidak tergesa-gesa sebelum memutuskan melakukan sesuatu. Aspek yang harus dipertimbangkan terdiri dari akibat dan konsekuensi, pengaruh, hal yang diluar kehendak, sudut pandang yang lain, dan perasaan orang lain.

Aspek yang pertama adalah akibat dan konsekuensi. Ini adalah aspek yang paling penting. Tidak ada yang meninggalkannya kecuali oleh orang yang tergesa-gesa dan sembrono. Sebab, tidak ada suatu kejadianpun yang terjadi, tanpa ada penyebabnya. Segala yang kita nikmati sekarang, adalah buah tindakan kita di waktu yang lalu. Dan apa yang kita dapatkan di masa depan adalah akibat tindakan kita saat ini.

Akibat dan konsekuensi yang didapatkan terkadang bersifat tetap dan menyakitkan. Atau bahkan kehancuran. Oleh sebab itu hal yang pertama kita pertimbangkan adalah sesuai atau tidaknya tindakan kita dengan aturan agama. Setelah itu baru melihat yang lain, seperti apakah tindakan kita akan menyebabkan kehormatan jatuh, dan sebagainya.

Aspek yang kedua adalah pengaruh. Bisa saja perbuatan seseorang berpengaruh secara luas dan merugikan orang yang sebenarnya tidak bersalah. Sifat kebanyakan manusia, menyamaratakan sesuatu karena pengaruh kedekatan. Misalnya, seorang yang melakukan kejahatan, menyebabkan anak, istri dan keluarganya turut dipersalahkan. Kasus Gayus Tambunan contoh yang lain, tindakan satu oknum pegawai pajak, mencemarkan institusi dan seluruh pegawai pajak. Orang yang bijaksana, tidak akan menyebabkan orang yang lain susah-apalagi orang terdekatnya-akibat tindakan buruknya.

Aspek yang ketiga, hal yang diluar kehendak. Banyak hal terjadi tanpa bisa kita prediksikan. Untuk itu kita perlu untuk mengantisipasinya sebelum terjadi. Apalagi di zaman informasi seperti ini, dimana banyak aturan berubah dan adanya pendobrakan besar-besaran terhadap batas-batas yang berlaku pada masa sebelumnya.Apa yang berlaku pada masa sebelumnya, belum tentu berlaku pada zaman ini. Apa yang berlaku tahun ini, belum tentu berlaku pada tahun mendatang. Ketika kita mendapatkan keamanan kerja saat ini, belum tentu beberapa tahun lagi seperti itu. Antisipasi tidak menafikkan tawakal, sebab kita dituntut untuk berusaha dengan sebaik-baiknya.

Aspek yang keempat, sudut pandang yang lain. Kebuntuan pikiran dan penderitaan terjadi ketika kita melihat sesuatu hanya dari sudut pandang sendiri. Paradigma diri kita, terkadang terkungkung oleh egoisme, kepentingan, dan sentimen pribadi. Dengan melihat sudut pandang yang lain, diharapkan diri kita akan ‘kaya’ dan lebih mudah ketika kita dihadapkan dengan kesulitan.

Aspek yang kelima, perasaan orang lain. Sebelum bertindak dan melakukan sesuatu yang melibatkan orang lain, kita harus mengetahui dan menjaga perasaannya. Apakah ada yang merasa tersinggung dan dirugikan karena tindakan kita. Termasuk tindakan tidak terpuji ketika kita berbuat tanpa memperhatikan perasaan orang lain. Ketika meremehkannya, jangan salah siapa-siapa ketika kita tidak disukai orang lain.

0 komentar:

Terimakasih Atas Kunjungan Anda dan Kiranya Bermanfaat dan Jangan Lupa Datang Lagi

SIHOTANGBLOG REGISTER

""This is a Personal Blog" "

MEMBER LOGIN

Lost your password?

LOGIN WITH OTHER ACCOUNT

Klik Here