Tentang Perasaan Tidak Enak


Terkadang, terdapat dua sisi yang berlawanan pada sebuah perbuatan. Sisi negatif dan positif dapat dihasilkan dari satu perbuatan yang sama. Suatu tindakan, bisa saja menyebabkan sesuatu yang terpuji atau malah menjadi sesuatu yang sangat merugikan. Kalau seperti itu, kita diharuskan mengatur niat dan tindakan secara tepat.
Kisah ini bisa menjadi contoh pernyataan diatas. Beberapa tahun yang lalu-ketika saya mudik ke kampung-ada beberapa teman yang memesan baju batik. Saya sanggupi permintaan tersebut dan pesananpun saya berikan kepada mereka. Tapi apa yang terjadi, saya terlalu tidak enak untuk menagih uang batik itu, sehingga sampai sekarang mereka tidak membayarnya.
Tidak enak. Kata yang terdengar sepele. Mempunyai sisi positif maupun negatif. Sisi positifnya, kelakuan kita terjaga, tidak menyakiti hati orang lain dan masih banyak lagi. Tapi, juga memiliki sisi negatif. Contohnya kasus diatas.
Mungkin Anda berkata bahwa saya memperbesar masalah yang sebenarnya sepele. Tapi coba Anda simak kasus berikut. Ada seseorang yang mengambil barang untuk dijual lagi. Membayar barangnya secara cicilan. Tapi setelah barangnya banyak yang memesan, orang tersebut tidak enak untuk menagihnya. Sehingga dia mendapatkan beban hutang yang besar.

Ada seorang suami yang jarang menegur kesalahan isterinya, dikarenakan tidak enak kepada tetangga bila mendengar mereka bertengkar. Sehingga sikap isterinya ngalunjak dalam bahasa sundanya, atau dalam bahasa Indonesia berarti meremehkan. Kata-kata suami sudah jarang didengarkan dan sang istri bertindak sesuka hati.
Selain itu, banyak sekali kerugian yang ditimbulkan karena ketidakenakanhati. Sikap tidak enak, menurut saya lebih banyak sisi negatifnya daripada sisi positifnya. Bisa jadi, ketidakenakan hati menjadi kelemahan kita yang terbesar. Perasaan tidak enak akan menafikkan ketegasan dan keberanian.
Tapi, ada juga yang berkata bahwa perasaan tidak enak tanda lembutnya hati kita. Mungkin benar. Hati yang lembut menyebabkan ketidakmauan untuk mengecewakan orang lain. Sikap ini juga disebabkan kondisi dimana seseorang dibesarkan. Seperti saya, dibesarkan di keluarga dan masyarakat yang tinggi tingkat ketidakenakannya.
Walaupun begitu, ini tidak menafikkan upaya untuk menguranginya. Sifat ini tidak boleh dihilangkan, tapi juga tidak boleh dibiarkan begitu saja. Kita harus bisa mengatur, kapan kita harus tidak enak kapan harus bisa tegas. Ketegasan yang saya maksud, bukan sikap keras dan tanpa toleransi. Sikap tegas berarti, berani berbuat dan berkata secara tepat.
Sikap tegas, seperti sebuah pohon yang lentur tapi berakar kuat. Dia bisa terombang-ambing ke kanan dan kekiri, tapi tanpa tercerabut akarnya. Orang yang tegas mempunyai prinsip yang terkadang bisa mengorbankan apa yang ia miliki, seperti nama baik, persahabatan dan lain-lain. Orang yang tegas seharusnya tidak terlalu memperhatikan penilaian manusia. Sebab, penilainan manusia terkadang tidak obyektif.

Oh, iya salah satu penyebab ketidakenakan hati adalah ketakutan kita akan penilaian manusia. Padahal, kebaikan manusia adalah esensi. Bukan karena penilaian orang. Ini salah satu aspek dari teori yang saya namakan teori esensi kreatif atau esensiom yang saya kembangkan di pemikir kreatif learning center.
Nah, oleh sebab itu diperlukan sebuah pembelajaran yang terus menerus. Orang yang bijaksana adalah orang yang selalu belajar dan bersikap dinamis, selama tidak bertentangan dengan aturan agama. Orang yang bijaksana adalah orang yang tidak hanya menuruti apa kata hati, tapi bertindak sesuai dengan aturan, pertimbangan dan akal sehat. Semoga kita menjadi orang yang bijaksana.

0 komentar:

Terimakasih Atas Kunjungan Anda dan Kiranya Bermanfaat dan Jangan Lupa Datang Lagi

SIHOTANGBLOG REGISTER

""This is a Personal Blog" "

MEMBER LOGIN

Lost your password?

LOGIN WITH OTHER ACCOUNT

Klik Here